Friday, 11 May 2012

Mesjid Raya Al Mansun 1909

Setelah peletakan batu pertama Mesjid Raya Al Mansun tanggal 21 Agustus 1906, mulailah pengerjaan pembangunan mesjid. Mesjid ini dirancang oleh Klingenberg dari Amsterdam dan Kapten tentara KNIL: Kapten TH.Van Erp sebagai arsitek pembangunan. Mesjid ini dibangun dengan biaya besar yaitu : Fl.500.000.
Ratu Wilhelmina memberikan sumbangan sebuah jam dan ada juga bantuan dari Tjong A Fie . 
Setelah tiga tahun pembangunan maka pada hari Jumat tanggal 25 Syakban 1327 atau bertepatan pada tanggal 10 September 1909, mulailah mesjid raya Al Mansun dipakai untuk sholat Jum'at pertama kali. Sholat Jum'at ini juga dihadiri oleh Sultan Serdang, Sultan Langkat dan lain-lain pembesar kesultanan.
Dibawah ini adalah photo interior Mesjid Al Mansun Medan. Kelihatan sekali unsur - unsur seni bangunan Indonesia yang berpadu dengan unsur-unsur budaya luar seperti kesenian Persia, India dan bahkan Eropa. Perpaduan ini antara lain tercermin pada denahnya, bentuk atap, orgamentasi atau ragam hias dan lain sebagainya. Meskipun bangunan ini terdiri dari 3 bagian, yaitu: bangunan induk dan kedua sayapnya. Kalau diperhatikan secara seksama, denah dari setiap itu mengingatkan pada ground-plan bangunan-bangunan islam seperti mesjid-mesjid, istana-istana di Timur Tengah atau India di masa lampau.



Bagian tengah yang berbentuj segi empat dan merupakan ruangan terbuka pada mesjid-mesjid kuno di timur tengah maupun India disebut "sahn" dan keempat sisinya terdapat gang beratap tempat berteduh yang disebut "mugatha" atau "Suntuh".
Pada istana Maimun dan mesjid Al Mansun . bagian yang terbuka ini, baik pada bangunan induknya meupun kedua sayapnya ditutup dengan atap berbentuk limasan sehingga merupakan ruangan-ruangan luas dan lebar, sedangkan gang beratap dengan atap berbentuk limasan sehingga merupakan ruangan-ruangan luas dan lebar, sedangkan gang beratap yang mengitari setiap ruangan atau bagian jelas mengingatkan mugatha atau suntuh dalam kesenian Islam di timur Tengah dan india, meskipun konstruksinya tidak sama benar karena pada sisi dalam gang beratap ini terdapat tembok atau dinding lengkap dengan pintu-pintu dan jendela-jendela kayu.


Demikian pula dengan lengkungan-lengkungan atau arcade, baik yang berbentuk lunas perahu terbalik, atau lengkung runcing maupun lengkungan yang berbentuk ladam kuda atau lengkungan asli pada gang beratap mengingatkan liwan atau liwanat dalam kesenian Timur tengah dan India.

No comments:

Post a Comment